BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Sistem
tenaga listrik tidak dapat lepas dari terjadinya ganguan. Gangguan yang terjadi
pada sistem tenaga disebabkan oleh banyak faktor. Ketika terjadi gangguan maka
sistem proteksi tenaga listrik harus dapat mengisolasi arus gangguan agar tidak
terjadi kerusakan pada peralatan dan menjaga kontinuitas pelayanan pada bagian
sistem tenaga listrik yang tidak mengalami gangguan. Arus gangguan yang
mengalir pada sistem tenaga listrik menyebabkan beroperasinya rele proteksi dan
menggerakkan pemutus tenaga (PMT) sehingga terputus aliran daya yang mengalir
pada saluran tersebut.
Gangguan
yang terjadi pada saluran transmisi tenaga listrik disebabkan oleh dua faktor,
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Gangguan dari faktor dalam yaitu gangguan
yang disebabkan adanya kerusakan suatu peralatan sedangkan gangguan dari faktor
luar yaitu gangguan yang disebabkan oleh lingkungan alam. Gangguan ini
menyebabkan parameter listrik menjadi abnormal dan berpotensi merusak peralatan
lain yang digunakan dalam operasi sistem tenaga listrik.
Koordinasi
sistem pengaman diperlukan dalam mengatasi gangguan yang terjadi pada sistem
tenaga listrik,sehingga gangguan-gangguan yang terjadi dapat dilokalisir dari
sistem yang sedang berjalan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka bisa dirumuskan masalah tentang apa penyebab
timbulnya gangguan dan bagaimana memproteksi gangguan tersebut pada jaringan
trasmisi 150 kV.
1.3 TUJUAN PENULISAN
Maksud
dan tujuan nya adalah untuk mengetahui apa saja gangguan yang terjadi dan
caramemproteksi pada jaringan transmisi 150 kV.
1.4 MANFAAT
- Memberikan pemikiran baru dalam memperluas dan menambah ilmu pengetahuan dibidang elektro khususnya pada sistem jaringan transmisi tenaga listrik.
- Menambah khasanah kepustakaan tentang keandalan proteksi pada suatu jaringan sistem tenaga listrik dan dapat dijadikan Mahasiswa sebagai referensi.
BAB II
PERALATAN
PROTEKSI PADA JARINGAN TRANSMISI
- Pengertian Saluran Transmisi.
Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi
listrik
dari satu tempat ke tempat lain,
seperti dari stasiun pembangkit ke substation (gardu induk). Pemakaian sistem transmisi didasarkan atas besarnya daya
yang
harus disalurkan dari pusat‐pusat pembangkit ke pusat beban dan jarak penyaluran
yang cukup jauh antara sistem pembangkit dengan pusat beban tersebut. Sistem transmisi menyalurkan daya dengan tegangan tinggi yang digunakan untuk mengurangi adanya rugi‐rugi akibat
jatuh tegangan.
Sistem transmisi dapat dibedakan menjadi sistem
transmisi tegangan
tinggi (high voliage, HV), sistem transmisi
tegangan ekstra tinggi (extra high voltage, EHV), dan sistem transmisi ultra tinggi (Ultra high voltage, UHV).
Besarnya tegangan nominal saluran transmisi tegangan
tinggi ataupun ekstra
tinggi berbeda‐beda untuk setiap negara atau perusahaan listrik di Negara tersebut, tergantung kepada kemajuan tekniknya masing‐masing. Di Indonesia tegangan tinggi yang
digunakan adalah 150 kV dan tegangan ekstra tinggi adalah tegangan 500 kV yang terinterkoneksi antara Jawa dan Bali. Sistem
interkoneksi
ekstra tinggi ini merupakan bagian terpenting dari
penyaluran daya di Indonesia sehingga kelangsungan dan
keandalan sistem ini harus selalu dijaga.
Dalam hubungannya dengan system pengamanan suatu sistem transmisi, adanya perubahan tersebut harus mendapat perhatian yang besar mengingat
saluran transmisi memiliki arti yang sangat penting
dalam proses penyaluran daya. Saluran transmisi listrik merupakan suatu sistem yang
kompleks yang mempunyai karakteristik yang berubah-ubah secara dinamis sesuai keadaan sistem itu sendiri. Adanya
perubahan karakteristik ini dapat menimbulkan masalah jika tidak segera antisipasi.
Dalam hubungannya dengan sistem proteksi/ pengaman suatu sistem transmisi,
adanya perubahan tersebut harus mendapat perhatian yang besar mengingat
saluran transmisi memiliki arti yang sangat penting dalam proses penyaluran
daya.
Masalah-masalah
yang timbul pada saluran transmisi, diantaranya yang utama
adalah :
a)
Pengaruh Perubahan Frekuensi Sistem
Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus
menerus dalam suatu nilai
batas tertentu.
Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat merugikan baik terhadap
peralatan ataupun sistem transmisi itu sendiri. Pengaruh yang disebabkan oleh
perubahan frekuensi ini terhadap saluran transmisi adalah pengaruh pada
rekatansi. Dengan perubahan frekuensi dari ω1 ke ω1’ dengan kenaikan Δ ω1,
reaktansi dari saluran akan berubah dari X ke X’ dengan kenaikan ΔX. Perubahan
rekatansi ini akan berpengaruh terhadap pengukuran impedansi sehingga impedansi
yang terukur karena adanya perubahan pada nilai komponen
reaktansinya
akan berbeda dengan nilai sebenarnya.
b)
Pengaruh Dari Ayunan Daya Pada Sistem
Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan
(generator) akibat hilangnya
sinkronisasi
salah satu generator sehingga sebagian generator menjadi motor dan sebagian
berbeban lebih dan ini terjadi bergantian atau berayun. Adanya ayunan daya ini
dapat menyebabkan kestabilan sistem terganggu. Ayunan daya ini harus segera
diatasi dengan melepaskan generator yang terganggu. Pada saluran transmisi
adanya ayunan daya ini tidak boleh membuat kontinuitas pelayanan terganggu,
tetapi perubahan arus yang terjadi pada saat ayunan daya bisa masuk dalam
jangkauan sistem proteksi sehingga memutuskan aliran arus
pada saluran
transmisi.
c)
Pengaruh gangguan pada sistem transmisi
Saluran transmisi mempunyai resiko paling besar bila
mengalami gangguan, karena
ini akan
berarti terputusnya kontinuitas penyaluran beban. Terputusnya penyaluran
listrik dari pusat pembangkit ke beban tentu sangat merugikan bagi pelanggan
terutama industri, karena berarti terganggunya kegiatan operasi diindustri
tersebut. Akan tetapi adakalanya gangguan tersebut tidak dapat dihindari. Oleh
karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi akibat adanya gangguan tersebut
atau memisahkan bagian yang terganggu dari sistem. Gangguan pada saluran
transmisi merupakan 50% dari seluruh gangguan yang terjadi pada sistem tenaga
listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang terbesar adalah gangguan
hubung singkat satu fasa ke tanah, yaitu sekitar 85% dari total gangguan pada
transmisi saluran udara.
Sistem proteksi
sistem tenaga listrik adalah pengisolasian kondisi abnormal pada
sistem tenaga
listrik untuk meminimalisir pemadaman dan kerusakan yang lebih
lanjut. Dalam
merancang sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi,
yaitu :
- Ekonomi, peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomi
- Selektif, dapat mendeteksi dan mengisolasi gangguan
- ketergantungan, proteksi hanya bekerja jika terjadi gangguan.
- Sensitif, mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang ditentukan, walaupun
gangguannya
kecil.
- mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat mungkin
- Stabil, proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal.
- keamanan, memastikan proteksi tidak bekerja jika terjadi gangguan
- Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah
proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi
tenaga listrik sehingga proses penyaluaran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik
(substation distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna
listrik dengan aman. Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada
transmisi tenaga listrik agar jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan
dengan transmisi tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk
saat terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan
baik, maka pekerja dapat melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam
kondisi bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi
gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang harus bekerja demi mengamankan
sistem dan manusia yang sedang melakukan perawatan.
Transmisi tenaga listrik terbagi dalam beberapa
kategori. Kategori yang pertama adalah transmisi dengan tegangan sebesar 500kV.
Ini merupakan transmisi yang sangat tinggi. Karena di Indonesia masih
menggunakan sistem 500 kV. Kategori yang kedua adalah transmisi dengan tegangan
sebesar 150 kV. Dan yang ketiga adalah transmisi 75 kV. Untuk dibawah 75 kV
selanjutnya dinamakan dengan distribusi tenaga listrik.
Proteksi berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu
sistem berarti system tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun. Sedangkan
proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut namun dalam
waktu yang sangat singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak mengalami
kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama.
Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :
a. Gangguan transmisi
akibat hubung singkat.
b. Gangguan transmisi
akibat sambaran petir.
c. Gangguan
transmisi akibat hilangnya salah satu kabel fasa disebabkan oleh manusia
- Peralatan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Peralatan proteksi transmisi tenaga listrik diantaranya adalah :
a. Relay Arus
Lebih
Merupakan relay Pengaman yang bekerja karena adanya
besaran arus dan terpasang pada Jaringan Tegangan tinggi, Tegangan menengah
juga pada pengaman Transformator tenaga. Rele ini berfungsi untuk mengamankan
peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.

b. Relay Hubung
Tanah
Merupakan relay Pengaman yang bekerja karena adanya
besaran arus dan terpasang pada jaringan Tegangan tinggi,Tegangan menengah juga
pada pengaman Transformator tenaga.
c. Relay
Diferensial
Relay diferensial ini berfungsi untuk mengamankan
transformator tenaga terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi didalam
daerah pengaman transformator, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT )
dikedua sisi.
d. Relay Jarak
Memiliki karakteristik :
i.
Dapat menentukan arah letak gangguan
ii.
Gangguan didepan relai harus bekerja.
iii.
Gangguan dibelakang relai tidak boleh bekerja
iv.
Dapat menentukan letak gangguan.
v.
Gangguan di dalam daerahnya relai harus bekerja.
vi.
Gangguan diluar daerahnya relai tidak boleh bekerja.
vii.
Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya.
e. Kawat Tanah
Kawat tanah atau overhead grounding adalah media
pelindung kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa
dengan sudut perlindungan sekecil mungkin karena dianggap petir menyambar
diatas kawat. Pada umumnya ground wire terbuat dari kawat baja (steel wire)
dengan kekuatan St 35 atauSt 50, tergantung dari spesifikasiyang ditentukan
oleh PLN.
f. Pemutus
Tenaga ( PMT )
Adalah alat untuk memisahkan / menghubungkan satu
bagian instalasi dengan bagian instalasi lain, baik instalasi dalam keadaan
normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari bagian-bagian instalasi
tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih.
g. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting
Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan
peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan.
h.
Circuit Breaker (CB)
Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan
pemutus daya yang berguna untuk memutuskan dan menghubungkan
rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke beban secara langsung dan aman, baik pada kondisi normal maupun saat terdapat
gangguan. Berdasarkan
media pemutus listrik / pemadam bunga api, terdapat
empat jenis CB sebagai
berikut :
1) Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media
berupa udara.
2) Vacuum Circuit Breaker (VCB),
menggunakan media berupa vakum.
3) Gas Circuit Breaker (GCB),
menggunakan media berupa gas SF6.
4) Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media
berupa minyak.
Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh suatu peralatan untuk menjadi pemutus daya :
1) Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu.
2) Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam keadaan berbeban ataupun
dalam
keadaan hubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu
sendiri.
3) Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi.
i.
DC
System Power Supply
DC System Power Supply merupakan pencatu daya cadangan yang terdiri dari Battery Charger, sebagai peralatan yang mengubah tegangan AC ke DC, dan Battery, sebagai penyimpan daya cadangan. Sebagai peralatan proteksi, DC System Power Supply merupakan peralatan yang sangat vital karena jika terjadi gangguan dan kontak
telah terhubung, maka
DC System Power Supply akan bekerja yang menyebabkan CB membuka. Charger sebenarnya adalah sumber
utama dari DC power supply, karena charger adalah alat untuk merubah AC power menjadi DC power (rectifier).
- Cara Kerja Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Berikut adalah cara kerja proteksi
pada jaringan transmisi yaitu :
a. Relay Arus
Lebih
Jika dalam suatu transmisi terdapat gangguan yang
berupa arus lebih, maka dalam waktu yang singkat relay arus lebih akan bekerja
sehingga jaringan transmisi akan tidak terhubung sementara. Jika gangguan telah
hilang, maka jaringan transmisi akan terhubung kembali. Macam-macam karakteristik
relay arus lebih :
i.
Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika
arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa
mili detik (10 – 20 ms).
ii.
Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite time relay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat
terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya
(Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay
diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang
mengerjakan relay.
iii.
Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang
tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus
makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik
dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan
dalam tiga kelompok : Standar invers, Very inverse, Extreemely inverse
b. Relay Hubung
Tanah
Jika dalam transmisi tenaga listrik terjadi hubung
singkat antara kabel fasa dengan tanah, maka relay hubung tanah akan langsung
bekerja dalam waktu yang sangat singkat, sehingga sistem menjadi aman karena
tidak terjadi kerusakan yang sangat banyak.
c. Relay Diferensial
Relay differensial adalah suatu alat proteksi yang
sangat cepat bekerjanya dan sangat selektif berdasarkan keseimbangan (balance)
yaitu perbandingan arus yang mengalir pada kedua sisi trafo daya melalui suatu
perantara yaitu trafo arus (CT). Dalam kondisi normal, arus mengalir melalui
peralatan listrik yang diamankan (generator, transformator dan lain-lainnya).
Dalam kondisi normal, arus mengalir melalui peralatan
listrik yang diamankan (generator, transformator dan lain-lainnya). Arus-arus
sekunder transformator arus, yaitu I1 dan I2 bersikulasi melalui jalur IA. Jika
relay pengaman dipasang antara terminal 1 dan 2, maka dalam kondisi normal
tidak akan ada arus Jika terjadi gangguan diluar peralatan listrik peralatan
listrik yang diamankan (external fault), maka arus yang mengalir akan bertambah
besar, akan tetapi sirkulasinya akan tetap sama dengan pada kondisi normal,
sehingga relay pengaman tidak akan bekerja untuk gangguan luar tersebut.
Jika gangguan terjadi didalam (internal fault), maka
arah sirkulasi arus disalah satu sisi akan terbalik, menyebabkan keseimbangan
pada kondisi normal terganggu, akibatnya arus ID akan mengalir melalui relay
pengaman dari terminal 1 menuju ke terminal 2. Selama arus-arus sekunder
transformator arus sama besar, maka tidak akan ada arus yang mengalir melalui
kumparan kerja (operating coil) relay pengaman, tetapi setiap gangguan (antar
fasa atau ke tanah) yang mengakibatkan sistem keseimbangan terganggu, akan
menyebabkan arus mengalir melalui Operating Coil relay pengaman, maka relai
pengaman akan bekerja dan memberikan perintah putus (tripping) kepada circuit
breaker (CB) sehingga peralatan atau instalasi listrik yang terganggu dapat
diisolir. Adapun gambar kerja dari relai differensial seperti gambar dibawah
ini.
d. Relay Jarak
Rele jarak merupakan proteksi yang paling utama pada
saluran transmisi. Rele jarak menggunakan pengukuran teganan dan arus untuk
mendapatkan impedansi saluran yang harus diamankan. Di sebut rele jarak, karena
impedansi pada saluran besarnya akan sebanding dengan panjang saluran. Oleh
karena itu, rele jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang
terjadi, tetapi tergangung pada jarak gangguan yang terjadi terhadap rele
proteksi. Impedansi yang diukur dapat berupa Z, R saja ataupun X saja.
Tergantung rele yang dipakai.
Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan
arus gangguan yang terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan
arus, maka impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan.
Perhitungan impedansi dapat dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut:

Dimana:
Zf =
Impedansi (ohm)
Vf =
Tegangan (Volt)
If = Arus
gangguan
Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan
impedansi gangguan yang terukur dengan impedansi setting, dengan ketentuan:
·
Bila harga impedansi gangguan lebih kecil dari pada
impedansi seting relai maka relai akan trip.
·
Bila harga impedansi ganguan lebih besar daripada
impedansi setting relai maka relai akan tidak trip.
e. Kawat Tanah
Kawat tanah atau overhead grounding adalah media
pelindung kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa
dengan sudut perlindungan sekecil mungkin karena dianggap petir menyambar
diatas kawat. Kawat ini merupakan proteksi transmisi tenaga listrik yang
bersifat pasif. Jika terjadi sambaran petir, maka kawan ini akan mebyalurkan
arus petir langsung ketanah. Sehingga sistem transmisi aman dari gangguan.
Kawat yang bagus adalah yang memiliki tahanan kurang dari 4 ohm. Jika lebih
dari 4 ohm, maka arus yang mengalir tidak bisa cepat, dapat menyebabkan
putusnya kawat atau terjadinya flashover antara kawat dasa dengan kawat tanah.
f. Pemutus Tenaga
(PMT)
PMT termasuk proteksi terhadap transmisi tenaga
listrik. PMT dapat membuka dan menutup baik secara otomatis maupun secara
manual. Sehingga, jika transmisi sedang dalam pemeliharaan, maka jaringan
transmisi dapat diputus sementara.
- Penerapan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Proteksi transmisi tenaga listrik diberlakukan di
semua transmisi tenaga listrik. Namun, untuk pemasangannya hanya berada di
gardu induk. Pemasangannya pada saluran masuk ke gardu induk dan di saluran
keluar garu induk. Sehingga jika jaringan transmisis terjadi gangguan, maka
gardu induk tidak mengalami kerusakan. Jika terjadi kerusakan, maka
kerusakannya minimal. Kecuali kawat tanah.
Kawat tanah dipasang diatas kawat fasa yang berfungsi
untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Sehingga pemasanggannya berada
diseluruh jaringan transmisi tenaga listrik.
Gambar pemasangan relai untuk
memproteksi arus lebih pada jaringan transmisi disebuah gardu induk
- Pencegahan Gangguan Transmisi Tenaga Listrik
Pencegahan gangguan pada jaringan transmisi sangat
penting dilaksanakan karena jaringan tranmisi merupakan penyalur utama dari
energi listrik untuk sampai ke jaringan distribusi dan seterusnya sampai ke
konsumen. Jika jaringan transmisi menyalurkan secara baik maka energi listrik
tidak akan terputus-putus. Pencegahan gangguan bertujuan untuk mengecilkan dari
frekuensi terjadinya hambatan penyaluran energi listrik.
a) Usaha
Memperkecil Terjadinya Gangguan
Cara yang ditempuh, antara lain:
Cara yang ditempuh, antara lain:
- Membuat alat proteksi sesuai dengan fungsinya masing-masing dan dapat bekerja dengan cepat jika terjadi gangguan sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada sistem jaringan.
- Menyetting relay proteksi sesuai dengan waktu kerjanya. Arus atau tegangan kerja relay harus lebih besar dari arus dan tegangan normal, sehingga relay dapat bekerja sesuai fungsinya.
- Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan transmisi
- Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan transmisi dan penangkal petir (arrester).
- Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara sekecil mungkin, serta selalu mengadakan pengecekan.
- Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena hubungsingkat dan sambaran petir.
- Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan peraturan yang berlaku.
- Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata cara operasional (standing operational procedur) dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin.
- Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi terhadap sambaran petir
- Memasang lightning arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir.
b) Usaha Mengurangi
Kerusakan Akibat Gangguan
Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan,
antara lain sebagai berikut:
- Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai yang di perintah otomatis oleh relay proteksi.
- Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak akan menganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke jaringan distribusi tidak terganggu.
- Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator memadai.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran
energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit
ke substation (gardu induk). Pemakaian sistem transmisi didasarkan atas
besarnya daya yang harus disalurkan dari pusat‐pusat pembangkit ke pusat beban dan jarak penyaluran yang cukup jauh antara
sistem pembangkit dengan pusat beban tersebut. Sistem transmisi menyalurkan
daya dengan tegangan tinggi yang digunakan untuk mengurangi adanya rugi‐rugi akibat jatuh tegangan.
Proteksi transmisi tenaga listrik adalah
adalah proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu
transmisi tenaga listrik sehingga proses penyaluaran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik
(substation distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna
listrik dengan aman.Proteksi sistem tenaga listrik adalah pengisolasian kondisi
abnormal pada sistem TL untuk meminimalkan pemadaman dan kerusakan yang lebih
lanjut.
Adapun
jenis-jenis pengaman yang terdapat pada jaringan transmisi yaitu :
a. Relay Arus
Lebih
b. Relay Hubung
Tanah
c. Relay
Diferensial
d. Relay Jarak
e. Kawat Tanah
f. Pemutus
Tenaga ( PMT )
g. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting
Switch (DS)
h.
Circuit Breaker (CB)
i.
DC
System Power Supply